Laman

Senin, 11 Juli 2011


Lupus eritematosus sistemik
Seperti yang diungkapkan dalam buku kecil Care for Lupus (Syamsi Dhuha), Lupus adalah sebutan umum dari suatu kelainan yang disebut sebagai Lupus Erythematosus.
Dalam istilah sederhana, seseorang dapat dikatakan menderita penyakit Lupus Erythematosus saat tubuhnya menjadi alergi pada dirinya sendiri. Lupus adalah istilah dari bahasa Latin yang berarti Serigala. Hal ini disebabkan penderita penyakit ini pada umumnya memiliki butterfly rash atau ruam merah berbentuk kupu-kupu di pipi yang serupa di pipi Serigala, tetapi berwarna putih.
Penyakit ini dalam ilmu kedokteran disebut Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu ketika penyakit ini sudah menyerang seluruh tubuh atau sistem internal manusia. Dalam ilmu imunologi atau kekebalan tubuh, penyakit ini adalah kebalikan dari kanker atau HIV/AIDS. Pada Lupus, tubuh menjadi overacting terhadap rangsangan dari sesuatu yang asing dan membuat terlalu banyak antibodi atau semacam protein yang malah ditujukan untuk melawan jaringan tubuh sendiri. Dengan demikian, Lupus disebut sebagai autoimmune disease (penyakit dengan kekebalan tubuh berlebihan).
Jenis penyakit Lupus ini memiliki tiga macam bentuk, yang pertama yaitu Cutaneus Lupus, seringkali disebut discoid yang memengaruhi kulit. Kedua, Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang menyerang organ tubuh seperti kulit, persendian, paru-paru, darah, pembuluh darah, jantung, ginjal, hati, otak, dan syaraf. Ketiga, Drug Induced Lupus(DIL), timbul karena menggunakan obat-obatan tertentu. Setelah pemakaian dihentikan, umumnya gejala akan hilang. Dan biasanya odipus (orang hidup dengan lupus)akan menghindari hal-hal yang dapat membuat penyakitnya kambuh dengan :
                1. Menghindari stress
2. Menjaga agar tidak langsung terkena sinar matahari
                3. mengurangi beban kerja yang berlebihan
                4. menghindari pemakaian obat tertentu.
Odipus dapat memeriksakaan diri pada dokter2 pemerhati penyakit ini, dokter spesialis penyakit dalam konsultasi hematologi, rheumatology, ginjal, hipertensi, alergi imunologi, jika lupus dapat tertanggulangi, berobat dengan teratur, minum obat teratur yang di berikan oleh dokter (yang biasanya diminum seumur hidup), odipus akan dapat hidup layaknya orang normal.

Sistemik Lupus Eritematosus
Apakah lupus itu? (1,2,3)
Sistemik Lupus Eritematosus, atau yang lebih dikenal dengan nama lupus, merupakan penyakit otoimun, yang artinya antibodi yang dibentuk dalam tubuh penderita, justru merusak organ tubuh sendiri. Di dalam tubuh manusia terdapat sistem kekebalan tubuh berupa antibodi. Sistem kekebalan ini berfungsi untuk melindungi tubuh manusia dari serangan antigen, yang berupa bakteri, virus atau mikroba lainya. Pada lupus, oleh suatu sebab yang belum diketahui, sistem kekebalan tubuh itu justru menjadi liar dan menyerang organ tubuh yang seharusnya dilindungi. Di seluruh dunia diperkirakan terdapat lebih dari 5 juta pasien lupus dan setiap tahun ditemukan lebih dari 100.000 penderita baru, baik usia anak-anak, dewasa, laki-laki maupun perempuan.
Apa saja gejala dari lupus? (2,4)
Gejala dari penyakit lupus dibedakan atas gejala umum dan gejala pada organ tertentu. Gejala umum yang sering ditemukan antara lain seperti demam, pegal-pegal, rasa lemah, dan menurunya nafsu makan yang dikuti dengan turunya berat badan. Pada wanita dapat terjadi gangguan pada siklus menstruasi bahkan hingga tidak mengalami menstruasi sama sekali.
Organ-organ yang dapat terkena pada penyakit lupus antara lain:
1.    Kulit
Pada 80% penderita ditemukan kelainan kulit berupa ruam/rash yang berbentuk seperti kupu-kupu pada kedua pipi (buterfly rash). Di bagian tubuh lainnya terdapat bercak merah berbentuk cakram dan terkadang bersisik. Kerontokan rambut dan sariawan merupakan gejala lain yang sering ditemukan. Kalau dilihat secara utuh, penderita lupus dengan gejala-gejala tadi akan tampak mirip monster.
2.    Jantung
Pada jantung dapat terjadi radang pada otot jantung (miokarditis), radang pada selaput luar pembungkus jantung (perikarditis), kerusakan/insufisiensi katup jantung (biasanya katup aorta dan mitral), bahkan sampai kematian pada otot jantung (infark miokard).
3.    Paru-paru
Pada 2/3 kasus lupus didapatkan penimbunan cairan pada selaput pembungkus paru (efusi pleura). Dapat juga terjadi radang pada selaput pembungkus paru (pleuritis) yang menyebabkan penderita mengalami demam, batuk, nyeri dada dan sesak nafas.
4.    Saluran Pencernaan
Gejala yang ditemui pada saluran pencernaan dapat berupa mual, muntah, menurunya nafsu makan, diare, atau sukar buang air besar. Hati dapat membesar dan meradang yang dapat berlanjut hingga perforasi abdomen.
5.    Ginjal
Kelainan pada ginjal ditemukan pada kurang lebih 30% dari penderita lupus. Terjadi gangguan fungsi ginjal yang mengakibatkan tidak dapat dikeluarkannya racun hasil metabolisme dan banyaknya kandungan protein dalam urin.
6.    Sistem saraf
Kelainan pada sistem saraf dapat berupa sakit kepala sebelah yang mirip dengan migren (migraine-like headache), gangguan peredaran darah otak, perdarahan subaraknoid dan epilepsi. Selain itu lupus juga dapat menimbulkan gangguan psikiatri seperti cemas, gangguan mood, emosi labil, depresi, serta menurunya fungsi memori seseorang.
7.    Sendi
Keterlibatan sendi terjadi pada 90% penderita. Dapat terjadi pembengkakan pada jaringan ikat, terutama pada jari-jari tangan, tangan dan pergelangan tangan, yang nyeri dengan atau tanpa disertai kemerahan.
8.    Sistem otot
Nyeri otot biasanya ditemukan pada 50% penderita lupus. Selain itu dapat pula ditemukan adanya penurunan massa otot (atrofi otot) yang dapat menyebabkan kelemahan pada banyak otot-otot dalam tubuh.
Bagaimana mendiagnosis lupus? (4)
American Rheumatology Association (ARA) membuat 11 kriteria untuk dapat menegakkan diagnosis lupus. Diagnosis dapat ditegakan bila pada penderita ditemukan 4 dari 11 kriteria yang ada. Kriteria lupus menurut ARA tersebut meliputi:
1.    Ruam/rash yang kontinyu (Malar rash)
2.    Ruam/rash yang berbentuk bulat (Discoid rash)
3.    Peka terhadap rangsangan cahaya (Photosensitivity)
4.    Ulkus atau luka pada mulut dan bagian belakang hidung (nasofaring)
5.    Radang sendi yang non-erosif (non-erosive arthritis)
6.    Pleuritis atau Perikarditis
7.    Gangguan pada ginjal dengan ditemukanya protein pada urin (proteinuria) >0,5g/hari
8.    Kelainan neurologis pada penderita
9.    Kelainan darah, yaitu anemia hemolitik dimana terjadi penurunan jumlah sel darah putih (lekopenia) <4.000/mm3  atau penurunan jumlah keeping darah (trombositopenia) <100.000/mm3
10.    Kelainan imunologis dimana ditemuka sel LE atau anti DNA pada pemeriksaan serologis
11.    Nilai abnormal dari Antinuclear Antibody (ANA) yang didapatkan dari pemeriksaan imunoflorescent
Bagaimana pengobatan lupus? (2)
Pengobatan untuk lupus adalah dengan menggunakan imunosupresan (obat yang menekan sistem imun), yaitu obat dari golongan kortikosteroid. Selain itu dapat juga dipakai obat-obat golongan lain untuk mengatasi gejala lupus, seperti obat golongan anti inflamasi non steroid (OAINS) untuk mengatasi keluhan nyeri dan bengkak sendi, obat anti malaria untuk mengatasi gejala pada kulit, rambut, dan otot, atau golongan obat-obatan  yang lainya.
Penggunaan obat-obat tadi harus dengan pertimbangan matang mengingat efek samping yang ditimbulkan. Obat kortikosteroid, misalnya, bisa memberi efek samping berupa wajah membulat (moonface), osteoporosis, diabetes melitus, hipertensi, gangguan lambung, dan sebagainya. OAINS menimbulkan gangguan lambung, ginjal, darah, dan sebagainya. Obat antimalaria memberi dampak gangguan penglihatan.
Pengobatan lupus dengan Complementary Alternative Medicine (CAM) (5)
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan oleh obat untuk mengontrol lupus, maka penelitian-penelitian digalakan untuk mencari bahan-bahan alami yang dapat mengontrol lupus tanpa menimbulkan efek samping pada pemakainya. Dari penelitian, ditemukan bahwa terdapat 2 jenis jamur yang berguna untuk mengontrol lupus, yaitu Ganoderma lucidum dan Phellinus linteus.
Sistem imun tubuh manusia terdiri dari sel limfosit T, sel limfosit B, dan makrofag. Sel limfosit T memainkan peranan penting dalam timbulnya manifestasi Lupus, dimana terjadi hiperaktivasi (aktivitas yang berlebihan) dari sel T, dan ketidakmampuan sel Treg, yang berguna untuk regulasi aktivitas dari sel T, untuk mengontrol aktivitas dari sel T. Hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya reaksi otoimun. Ganoderma lucidum dan Phellinus linteus bekerja dengan cara mengaktifkan sel limfosit Treg sehingga hipereaktivitas dari sel limfosit T dapat ditekan. Apabila hal ini terjadi maka manifestasi dari penyakit lupus pun dapat dikontrol.
 Mekanisme kerja Ganoderma lucidum dan Phellinus linteus pada SLE
Gbr 1. Mekanisme kerja Ganoderma lucidum dan Phellinus linteus pada SLE
Refference :
1.    Hahn BH. Systemic lupus erythematosus. In: Braunwald E, Fauci AS, Asper DL,Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrison’s principles of internal medicine 15th ed. New York:McGraw-Hill;2001.p1922-28.
2.    Ariyanto G. Peniru ulung yang harus ditakhlukan. Kompas 2005 Agustus 19 (cited 2007 Maret 15);1(1):Available from: URL: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0508/19/kesehatan/1983261.htm
3.    Saraswati PDA, Soekrawati E. Systemic lupus erythematosus (SLE). Dexa Media 2006;(1) 26-30
4.    Gde. Lupus Belum Ada Obatnya. Intisari 1998 September (cited 2007 Maret 15);1(1):Available from: URL: http://www.indomedia.com/intisari/1998/September/lupus.htm
5.    Vojdani A, Erde J. Regulatory t cells, a potent immunoregulatory target for CAM reseachers: modulating tumor immunity, autoimmunity and alloreactive immunity (III).Advance Access Publication 2006;3(3):309-16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar